LPM
Fanatik Tour Surabaya : Stasiun Wonokromo
Surabaya Undercover
Minggu (18/10) dini hari pukul
03.00 WIB, saya bersama anggota baru LPM Fanatik berjalan jalan menelusuri
stasiun wonokromo untuk mengamati fenomena sosial di kawasan tersebut. Jalan
jalan ini juga sekaligus memuaskan rasa penasaran sebagian besar anggota baru
LPM Fanatik terhadap bagaimana kedaan dari ‘Dunia Malam’ di daerah tersebut.
Suasana mlam hari di sepanjang Rel
kawasan stasiun Wonokromo sangat berbeda dengan siang hari. Bila di pagi hingga
sore hari kawasan ini dipenuhi oleh penumpang dan petugas di kawasan kereta api
yang berjalan kesana kemari sibuk dengan aktivitasnya masing masing. Maka bila
malam hari hingga dini hari di kawasan ini di ramaikan oleh Pekerja Seks
Komersial (PSK) .
Kebanyakan dari Pekerja Seks
Komersial (PSK) tersebut tidak lagi muda. Sangat terlihat dari bentuk tubuh
mereka yang tak lagi molek. Namun mereka masih saja menjajakan diri di
pinggiran rel sepanjang stasiun wonokromo. Di tempat ini terdapat tenda tenda kecil
dan juga beberapa warung di antaranya. Tenda tenda yang terbuka bagian depan
dan belakangnya ini merupakan tempat bagi para PSK untuk melakukan ‘Pijat Plus
Plus’ terhadap pengunjungnya.
Dari beberapa sumber yang saya
dapat dari internet, para PSK membayar 5 ribu rupiah kepada pemilik tenda sebagai
biaya sewa. Suasana di tempat ini sangat kaku, tidak ada canda tawa.
Beberapa gerombolan laki laki berjalan kesana kemari, mereka membentuk
komunitas. Seperti komunitas untuk berjudi dan mabuk mabuk-an.
Beberapa sumber menyebutkan, upah
yang di terima PSK untuk sekali melayani pelanggannya
adalah 30-50 ribu rupiah. Bahkan beberapa warung yang berdiri di sekitar areal
ini juga menyediakan PSK dengan sistem menyewa terlebih dahulu. Kebanyakan PSK
yang stand by di tempat ini bukan
berasal dari surabaya. Mereka berasal dari daerah lain. Setiap pagi mereka naik
kereta untuk pulang ke daerahnya masing masing.
Di daerah sepanjang rel lampu
lampu terang menyoroti beberapa pria yang melakukan aktifitas berjudinya. Menurut
penuturan beberapa sumber, dahulu tempat ini remang remang dan sangat menyeramkan.
Saya takut ketika pertama kali
berjalan memasuki areal sepanjang rel kereta api ini, beberapa geromolan orang
memandang sinis kepada saya. Yang ada dalam fikiran saya saat itu adalah,
kenapa di kawasan ibu kota provinsi dengan segala kemerlapnya terselip kisah
yang sebenarnya tidak untuk di tunjukkan keberadaannya. Namun tidak ada dan
tidak pernah ada, tindakkan yang tepat untuk mengatasi kondisi ini. Beberapa
pihak menghalalkan tempat ini, karena memang dari sinilah pusat penghidupan
mereka.
Kondisi lain yang menurut saya
sangat kontras dengan keadaan disini adalah, terdapat masjid dan Mall di kanan
dan kiri stasiun. Namun, ditengahnya terdapat sesuatu yang lain. Entah apa yang menyebabkan terbentuknya dunia malam disini.
Saya pernah mengikuti sholat shubuh di masjid tepat di samping Rel kereta api
itu. suasana disana sangat khusyuk. Sungguh sangat berbeda dengan suasana di balik tembok masjid itu.
Seolah tercipta dunia baru disana,
dunia baru yang enggan terjamah, dunia baru yang hanya mereka yang tau. Tidak
banyak yang bisa saya sampaikan setelah menganalisa tempat tersebut. Karena
tempat ini seperti anomali, seperti sesuatu yang engggan untuk dikecap.
By : Fajarina S Endah
Tidak ada komentar:
Posting Komentar