Selasa, 20 Oktober 2015

Tempat Belanja Kaum Berada - Edisi Tunjungan Plaza



LPM Fanatik Tour Surabaya :  Tunjungan Plaza 

Tempat Belanja Kaum Berada

Tunjungan Plaza atau yang sering kita singkat TP,  merupakan tempat perbelanjaan terbesar yang ada di Ibu kota provinsi jawa timur yaitu Kota surabaya.  Tempat ibi sekaligus menjadi plaza yang cukup populer di kalangan masyarakat Surabaya. Anda akan sangat mudah menemukan kendaraan yang melewati TP.  Dari beberapa sumber yang saya baca, Tunjungan Plaza pertama dibuka pad tahun 1986 dan terus melakukan pembangunan hingga tahun 2001 terbangunnya Bangunan Tunjungan Plaza IV. Tunjungan Plaza memiliki Empat bagunan utama yang saling berhubungan yakni Tunjungan Plaza I-IV.
Dari ke Empat bangunan utama tersebut, saya berkesempatan untuk berjalan jalan sekaligus menganalisis keadaan sosial yang ada dan terjadi pada tempat tersebut. Malam minggu (17/10) lalu saya melakukan analisis ini. Setelah menaiki beberapa lantai saya akhirnya berhenti pada satu toko buku yang menyewa tempat di Plaza ini yang bertempat di lantai 4.
Saya yang notabene nya jarang berkunjung ke sebuah plaza atau Mall, sedikit canggung ketika memasuki tempat yang tidak sama seperti yang biasanya saya kunjungi. Dengan memakai sendal jepit butut, pakaian lusuh saya merasa cukup berbeda dengan pengunjung yang lain. Entah mengapa dan apa yang membuat saya merasa seperti demikian.
Dengan rak yang tertata sangat rapi, berbagai macam buku tersedia disini. Mulai dari bacaan untuk Anak Anak kecil, Novel untuk Kaum remaja, Buku buku pelajaran, resep resep makanan atau diktat diktat tebal mengenai kesehatan manusia. Semua genre buku yang anda cari mungkin tersedia disini. Secara tidak langsung saya mengakui toko buku ini memang memanjakan pengunjungnya dengan koleksi koleksi yang cukup lengkap. Tentu bagi penggemar buku yang sangat suka menyembunyikan diri di balik lembar lembar halaman akan sangat nyaman berada disini.
Dan ketika saya tertarik terhadap satu buku yang ada di tangan saya, saya cukup terkejut melihat harga yang tertera di halaman belakang buku. Mungkin bagi sebagian kaum, harga ini bukan halangan untuk memuaskan keinginan memiliki barang. Namun bagi saya, mahasiswa perantauan yang jauh dari kedua orang tua dengan isi dompet yang sangat pas pas-an, saya hanya bisa memandangi buku itu. Berharap suatu saat teman atau kenalan membelinya agar dapat saya pinjam, setidaknya penghematan pengeluaran.
Lalu saya mengembalikan buku itu kembali ke rak-nya. Saya baru tersadar, di toko buku ini tidak ada yang memakai sendal se lusuh sendal saya. Awalnya saya Percaya diri saja memasuki plaza ini, dan setelah saya mengamati lingkungan sekitar  ternyata jarang sekali orang pribumi yang berbelanja disini. Entah kenapa, perbedaan begitu tampak nyata di tempat umum seperti ini. Orang orang Etnis Tionghoa lebih mendominasi sebagai pengunjung di tempat ini. Dan saya sering melihat Orang orang pribumi sebagai Pelayan di sepanjang gerai cafe cafe ataupun foodcourt yang tersedia disini.
Di toko Buku ini Saya sempat berbincang dengan seorang remaja putri, namanya Marshanda(14) siswi kelas 8 sebuah SMP katolik di surabaya. Dia berkunjung bersama seorang temannya. Dari perbincangan itu saya merasa begitu berbedanya kehidupan dia yang seorang siswi SMP dan saya Seorang Mahasiswi. Saya sedikit merasa aneh, dulu sewaktu saya seusia Marshanda saya hanya bisa meminjam buku di perpustakaan sekolah dan kebiasaan tersebut berlanjut sampai saya menuntut ilmu di perguruan tinggi.  Mungkin kebiasaan saya juga menjadi kebiasaan orang banyak di luar sana. Dan perasaan Aneh saya mungkin menjadi hal wajar, karena perbedaan status sosial yang mencolok bukan lagi menjadi hal yang tabu bagi masyarakat kita sekarang.
Setelah keluar dari toko buku tersebut, dalam perjalanan menuruni satu demi satu lantai menuju lantai dasar. Hal serupa juga saya temui di berbagai gerai maupun toko dan butik butik yang ada di Tunjungan Plaza ini. Sebagian besar memang bukan orang Pribumi, dan hal itu sangat terlihat jelas. Harga harga yang di tawarkan juga menyesuaikan kaum menengah keatas. Sedangkan kaum bawah tak mungkin bisa menggapainya. Harga barang yang ditawarkan disana mungkin bisa untuk makan 3 hari atau bahkan seminggu. Seolah saya mendapat pelajaran “Berada lah di tempat yang tepat sesuai dengan kasta nya”. 


By; Fajarina

Tidak ada komentar:

Posting Komentar