LPM Fanatik Tour
Surabaya : Tunjungan Plaza
Tempat Belanja Kaum Berada
Tunjungan Plaza atau yang sering
kita singkat TP, merupakan tempat
perbelanjaan terbesar yang ada di Ibu kota provinsi jawa timur yaitu Kota
surabaya. Tempat ibi sekaligus menjadi
plaza yang cukup populer di kalangan masyarakat Surabaya. Anda akan sangat
mudah menemukan kendaraan yang melewati TP. Dari beberapa sumber yang saya baca, Tunjungan
Plaza pertama dibuka pad tahun 1986 dan terus melakukan pembangunan hingga
tahun 2001 terbangunnya Bangunan Tunjungan Plaza IV. Tunjungan Plaza memiliki
Empat bagunan utama yang saling berhubungan yakni Tunjungan Plaza I-IV.
Dari ke Empat bangunan utama
tersebut, saya berkesempatan untuk berjalan jalan sekaligus menganalisis
keadaan sosial yang ada dan terjadi pada tempat tersebut. Malam minggu (17/10)
lalu saya melakukan analisis ini. Setelah menaiki beberapa lantai saya akhirnya
berhenti pada satu toko buku yang menyewa tempat di Plaza ini yang bertempat di
lantai 4.
Saya yang notabene nya jarang
berkunjung ke sebuah plaza atau Mall, sedikit canggung ketika memasuki tempat
yang tidak sama seperti yang biasanya saya kunjungi. Dengan memakai sendal
jepit butut, pakaian lusuh saya merasa cukup berbeda dengan pengunjung yang
lain. Entah mengapa dan apa yang membuat saya merasa seperti demikian.
Dengan rak yang tertata sangat
rapi, berbagai macam buku tersedia disini. Mulai dari bacaan untuk Anak Anak
kecil, Novel untuk Kaum remaja, Buku buku pelajaran, resep resep makanan atau
diktat diktat tebal mengenai kesehatan manusia. Semua genre buku yang anda cari
mungkin tersedia disini. Secara tidak langsung saya mengakui toko buku ini
memang memanjakan pengunjungnya dengan koleksi koleksi yang cukup lengkap.
Tentu bagi penggemar buku yang sangat suka menyembunyikan diri di balik lembar
lembar halaman akan sangat nyaman berada disini.
Dan ketika saya tertarik terhadap
satu buku yang ada di tangan saya, saya cukup terkejut melihat harga yang
tertera di halaman belakang buku. Mungkin bagi sebagian kaum, harga ini bukan
halangan untuk memuaskan keinginan memiliki barang. Namun bagi saya, mahasiswa
perantauan yang jauh dari kedua orang tua dengan isi dompet yang sangat pas
pas-an, saya hanya bisa memandangi buku itu. Berharap suatu saat teman atau
kenalan membelinya agar dapat saya pinjam, setidaknya penghematan pengeluaran.
Lalu saya mengembalikan buku itu
kembali ke rak-nya. Saya baru tersadar, di toko buku ini tidak ada yang memakai
sendal se lusuh sendal saya. Awalnya saya Percaya diri saja memasuki plaza ini,
dan setelah saya mengamati lingkungan sekitar
ternyata jarang sekali orang pribumi yang berbelanja disini. Entah
kenapa, perbedaan begitu tampak nyata di tempat umum seperti ini. Orang orang
Etnis Tionghoa lebih mendominasi sebagai pengunjung di tempat ini. Dan saya
sering melihat Orang orang pribumi sebagai Pelayan di sepanjang gerai cafe cafe
ataupun foodcourt yang tersedia disini.
Di toko Buku ini Saya sempat
berbincang dengan seorang remaja putri, namanya Marshanda(14) siswi kelas 8
sebuah SMP katolik di surabaya. Dia berkunjung bersama seorang temannya. Dari
perbincangan itu saya merasa begitu berbedanya kehidupan dia yang seorang siswi
SMP dan saya Seorang Mahasiswi. Saya sedikit merasa aneh, dulu sewaktu saya
seusia Marshanda saya hanya bisa meminjam buku di perpustakaan sekolah dan
kebiasaan tersebut berlanjut sampai saya menuntut ilmu di perguruan
tinggi. Mungkin kebiasaan saya juga
menjadi kebiasaan orang banyak di luar sana. Dan perasaan Aneh saya mungkin
menjadi hal wajar, karena perbedaan status sosial yang mencolok bukan lagi
menjadi hal yang tabu bagi masyarakat kita sekarang.
Setelah keluar dari toko buku
tersebut, dalam perjalanan menuruni satu demi satu lantai menuju lantai dasar.
Hal serupa juga saya temui di berbagai gerai maupun toko dan butik butik yang
ada di Tunjungan Plaza ini. Sebagian besar memang bukan orang Pribumi, dan hal
itu sangat terlihat jelas. Harga harga yang di tawarkan juga menyesuaikan kaum
menengah keatas. Sedangkan kaum bawah tak mungkin bisa menggapainya. Harga
barang yang ditawarkan disana mungkin bisa untuk makan 3 hari atau bahkan
seminggu. Seolah saya mendapat pelajaran “Berada lah di tempat yang tepat
sesuai dengan kasta nya”.
By; Fajarina
Tidak ada komentar:
Posting Komentar